Jumat, 08 Juni 2012

FILOSHOFI LEYAK BALI / Leyak Juga Manusia

Leyak Juga Manusia
FILOSHOPI LEYAK BALI

1. API TAPA DAN PEMUJAAN DURGA BHAIRAVI
Bentuk paling dahsyat dari energi illahi dalam diri manusia adalah api tapas. Tapa pada hakekatnya adalah aspirasi spiritual yang dipertinggi intensitas dan kualitasnya sehingga pelakunya tidak tertarik lagi pada hal lainnya. Ketika seseorang tertarik pada jalan spiritual dan menginginkan pencapaian realisasi diri, begitu interest ini memuncak,orang tersebut akan kehilangan pesona kenikmatan duniawi. Api tapas telah membakar hasrat semacam itu; apakah keinginan akan kemasyuran atau nama baik,harga diri,kekayaan dan sebagainya. Kepentingan utamanya adalah self realization dan itulah hakekat tapa. Jadi,tapa adalah “panas” dari penyelidikan spiritual yang menyebabkan kita membuang semua hal yang bersifat non esensial dalam hidup ini.
Hakekat Bhairavi (Dewi Durgha Bhairavi) sebagai kekuatan tapas umumnya dipuja oleh mereka yang sedang menempuh hidup selibat atau pembujangan (brahmacharya asrama). Bhairavi membantu mereka dalam mengendalikan kecenderungan indriya indriya yang liar,nafsu birahi (sexual energy),emosi negatif dan penyimpangan pikiran yang dapat menggoyahkan sadhana mereka.Bahkan mereka yang menyimpan (mengendalikan) nafsu sexual dan emosi negatifnya sedemikian rupa,apabila “diledakkan” dengan cara tertentu dapat menimbulkan api tapas juga, meski dalam alur yang menyimpang. Bertolak dari prinsip inilah penderitaan Calon Arang (Rangda Dirah) yang merasa tertindas (ditinggal suami dan anaknya Ratna Mengali tidak laku dalam bursa jodoh) melakukan praktek “tapa kebencian” dan menyalurkannya secara ghaib menjadi apa yang disebut LEYAK.
Tapa identik dengan api,kekuatan; apakah kekuatan itu untuk membakar ego dan menghancurkan penyimpangan pikiran lainnya atau untuk membakar subyek yang amat dibenci. Inilah sebabnya Ilmu Leak versi Calon Arang dasar perwujudannya tampak sebagai api (ngendih). Dan tentu saja, api leyak semacam itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap mereka yang juga memiliki api sejenis dari tipe dan kualitas yang lebih baik yakni api spiritual. Sebab itu, Mpu Bharadah,Mpu Bahula atau Raja Airlangga (Mpu Jatayu) yang mewakili api spiritual tidak mempan oleh serangan kebencian yang terpancar dari api tapas Rondo Dirah. Ini pulalah makna keputusan Dewi Durga yang mengijinkan Walu Nateng Dirah menebar kekuatan pedestian-nya hanya mengenai masyarakat pinggiran saja, tidak dapat memasuki ibukota kerajaan yang dipimpin Airlangga.Kata pinggiran maksudnya adalah mereka yang berpandangan “keluar” (duniawi) atau mereka yang melekat kepada kesenangan material; cinta akan tahta,keserakahan dan sejenisnya. Sedangkan ibukota kerajaan menyimbolkan mereka yang berpandangan “kedalam”,yakni para penapak jalan spiritual. Bagaimanapun juga,api tapa spiritual jauh lebih cemerlang dari api tapa kebencian. Dewi Durgha Bhairavi Yang Pengasih adalah sumber kedua jenis api tapa itu.

2.APAKAH LEYAK BISA DIMUSNAHKAN?
Semasih ada rasa tertindas yang melahirkan kebencian dan dendam,semasih ada hasrat sexual yang menggebu dan menuntut pemuasan dan semasih ada kemarahan terpendam yang menuntut pembalasan, jika semua itu cukup untuk melahirkan penghancuran,maka apa yang disebut LEYAK pasti tetap eksis. Diberangus dengan jalan apapun,Leyak tidak akan pernah binasa. Satu satunya cara untuk melebur kekuatan Leyak adalah bila pelakunya “tobat 100%” lalu menginsyafi kebenaran dan melalui berkah Guru Suci ditahbiskan (melalui inisiasi/shaktipat) kedalam jalan spiritual (baca juga artikel dibawah berjudul, “Melebur Black Magic”)
3.KISAH RANDA DIRAH DAN RATNA MANGALI
Calon Arang hanyalah pencetus yang mewakili rasa ketidak puasan dan perasaan teraniaya yang super lengkap. Ia adalah Ratu atau Permaisuri yang sedang berkuasa tapi ia dibuang seperti sampah hingga terlunta ke tepi pengasingan. Ia harus puas sebagai mantan ratu menerima predikat janda yang memalukan. Anak satu satunya,yang seharusnya menjadi ahli waris tahta kerajaan adalah seorang wanita bernama Ratna Mengali,pun ikut dicampakkan. Masyarakat kala itu seolah menghukumnya dengan tidak menunjukkan rasa emphati kepada mereka. Disaat usia Ratna Mengali sudah cukup untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang layak, tak seorangpun pria mau mendekatinya apalagi melamarnya. Bisa dibayangkan seorang Ibu yang sedang sebatang kara yang menyayangi anak tunggalnya menerima perlakuan semacam itu,terlebih ia mantan permaisuri Raja Dirah. Siang malam ia memendam api kebenciannya kepada semua orang. Itulah tapa hebat yang dilakukan Rondo Dirah. Maka ia sampai kepada alam Bhairavi yakni Pura Dalem (inner power,konsentrasi api energi dalam tubuh) dan melupakan segalanya. Tujuannya hanya satu; balas dendam melampiaskan kebencian yang tak terbendung lagi. Kebencian yang mendalam dari Calon Arang ini juga layak disebut tapa dan karena itu, Bhairavi, yakni api kesadaran bathin yang dahsyat (cid-aghni,api tapas) berkenan memberikan anugerahNya. Karena api itu lahir dari motif kebencian, tidak ayal lagi kualitas api yang diterimanya agak rusak (ugig) dan akhirnya,terbukti memang merusak. Api semacam itu (ditambah sedikit “bumbu” tantrik) merupakan bahan baku (row material) proses menebar kebencian dan petaka dalam kehidupan yang disebut desti,teluh dan teranjana.
Sayangnya, sebagian orang selalu “memojokkan” Rangda Dirah sebagai biang kerok Aji Ugig (leak), sementara ada orang tanpa disadari juga sedang melakukan praktek tapa sejenis seperti yang dilakukan Rangda Dirah. Dijaman Kali ini banyak orang mengaku takut terhadap leyak meskipun dia sesungguhnya adalah juga pengikut Calon Arang,alias Rondo Dirahisme, Mereka “diam diam” pergi ke pura atau tempat tempat keramat,petilasan,makam “mbah sakti” dan sebagainya, bukan untuk menyembah Hyang (memuja,memuliakan dan bersyukur) melainkan untuk mendoakan (gamblangnya; meminta) agar jabatannya langgeng (gamblangnya; orang lain tidak perlu naik pangkat),agar usahanya laris dan maju (gamblangnya; agar orang yang melakukan usaha sejenis bangkrut). Jika hal hal semacam itu mereka pikirkan terus menerus sampai tidak bisa tidur,apa bedanya mereka dengan Calon Arang?? Praktek semacam ini cukup untuk disebut sebagai ritual Leyak Matah (setengah matang). Jadi kenapa harus takut dan memojokkan Rangda Dirah dan leyaknya?
Teknik pengolahan api tapa “jalur kiri” seperti versi Rondo Dirah itu banyak dibahas dalam ajaran tantra wamamarga. Sayang sekali,buku ini bukan mengenai topik itu. Biarlah bidang spesialisasi itu eksis dalam diri para ahli waris Calon Arang dan mereka yang tertarik pada jalan spiritual bisa tetap melanjutkan cita cita spiritualnya meski keduanya sama sama mengejar anugerah Dewi Durga Bhairavi. Hanya dengan demikian kita dapat memahami kekuatan Ibu Bhairavi secara utuh.
Bhairavi adalah Dewi darimana Shabda Ketuhanan Tertinggi,Nada Om terpancar dan meresap kedalam seluruh ciptaan. Beliau adalah penguasa Kekuatan Shabda Illahi dan Api Spiritual Tertinggi yang dapat meng-eleminasi semua rintangan dalam rangka pembukaan kesadaran diri sejati (the unfolment of true awareness). Bhairawi berhubungan dengan Chandi,bentuk paling dahsyat dari semua Dewi. Ia adalah penguasa Dewi Mahatmya atau Durga Saptasati (kumpulan mantra stotra) yang memuat 700 sloka “keramat” penghancur segala kejahatan,raksasa atau rintangan lainnya. Sebagai Chandi,Ibu Bhairavi adalah destroyer of opposition,penghancur dualisme; raga-dwesa (ikatan cinta dan kebencian,rasa gandrung dan antipati,dll). Tapi Chandi juga adalah rahmat illahi yang menganugerahkan Catur Purusa Artha; dharma,artha,kama dan moksha.
Murthi atau perwujudan lain dari Bhairavi adalah Dasa Mahishasura Mardini atau 10 bala tentara penghancur Raksasa Mahishasura. Raksasa Mahishasura adalah perwujudan the vital passion, khususnya kekuatan hasrat sexual yang membara (representasi dari topnya kekuatan kontra spiritual). Maka jika Mahishasura adalah raksasa terkuat dalam ajaran mengumbar nafsu birahi (Le/Li-ak dalam bahasa Bali; …li=vagina,…ak=penis) balatentara Mahishasura Mardini adalah penghancurnya. Lagi lagi fenomena spiritual yang unik dimana 2 kategori; beautiful atau keindahan (Dewi=Ratu Ayu Mas) berjalan seiring dengan dangerous,bahaya dari kekuatan yang mengancam (devil=Mecaling).
Ulasan selengkapnya,silakan baca buku penulis : Durgha Bairavi, Penerbit Paramita Surabaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar