Senin, 25 Juni 2012

Manushya

MERENUNGKAN KEMBALI HIDUP INI

Lahir dan hidup sebagai manusia itu, bisa diibaratkan seperti seekor kelinci yang terjepit jerat pemburu di tengah hutan. Persoalan waktu sang pemburu datang dan kita ditembak. Dengan kata lain, sangat-sangat mendesak bagi kita sebagai manusia untuk segera ”sadar”, karena kita semua kelinci yang terjepit.

Coba kita renungkan kembali hidup ini : pagi-pagi mesra sama istri, siangnya istri ngomel-ngomel menyakitkan, malamnya kita kena sakit flu. Pagi-pagi pekerjaan kita dipuji-puji sama boss, siangnya klien complain, sorenya pas mau pulang ban kendaraan kita pecah. Dll-nya. Yang jelas setiap hari yang datang itu macam-macam, dengan berbagai dualitas kebahagiaan-kesengsaraan. Hanya persoalan waktu kita ”kena tembak”. Kita yang sudah menikah kemudian cari istri lagi, itu kena tembak. Kita tidak puas dengan gaji kemudian kita korupsi, itu kena tembak. Kita tidak puas dengan suami / istri kemudian minta cerai, itu kena tembak. Dll-nya. Kita akan menyakiti dan melukai baik diri kita sendiri maupun orang lain. Ujung-ujungnya kita sendiri akan terjerumus ke dalam jurang kegelapan dan kesengsaraan.

Kalau setuju dan yakin, bahwa hidup sebagai manusia itu ibarat kelinci yang terjepit dan salah-salah kita bisa kena tembak. Segeralah mengembangkan badan-badan pikiran kita. Karena hanya dengan begitu seluruh kesengsaraan bisa lenyap, kita bisa terbebaskan dan menemukan hakikat diri dalam kedamaian / kebahagiaan sejati.

Badan-badan pikiran kita berada di lapisan alam yang lebih halus, tidak bisa kita lihat dan rasakan dengan indriya kita, sehingga seringkali kita tidak memperhatikannya. Kita asik dan sibuk dalam keseharian kita di lapisan alam kasar ini, untuk sekedar bertahan hidup atau sebaliknya untuk menikmati hidup [bersenang-senang]. Munculah keterikatan kita yang kuat dengan kehidupan, dengan ahamkara [ke-aku-an], sibuk memenuhi berbagai keinginan kita, mengidentikkan diri dengan badan fisik kita, kita lupa mengembangkan badan-badan pikiran kita yang berada pada tataran lapisan [dimensi] alam yang lebih halus. Kita bahkan hilang ingatan tentang realitas siapa kita sebenarnya, realitas absolut.

Ketujuh lapisan badan ini tidak terpisahkan dan saling terkait satu sama lain. Bila kita mengabaikan dan tidak mengembangkan badan pikiran kita, eksistensi kita di lapisan alam-alam halus, yaitu badan pikiran kita menjadi suram dan cenderung rusak. Bahkan ketika semua keinginan dan kebutuhan materi kita terpenuhi kita masih saja tidak puas, terus mencari ”sesuatu yang hilang” yang tidak sepenuhnya kita mengerti, merasa hampa, takut atau tanpa arah tujuan. Bahkan ada stress, depresi, marah, benci, iri hati, rasa takut, rasa khawatir, rasa curiga, dll. Inilah sinyal-sinyal dari semesta bahwa kita telah mengabaikan badan pikiran kita.


MANUSIA SEBAGAI MAHLUK

Purusha dan Prakriti ada bersama-sama sebagai satu kesatuan dalam Brahman. Berbagai dimensi alam semesta dan pengalaman kita sebagai mahluk adalah perwujudan dari dinamika Prakriti [fenomena alam materi], termasuk pengalaman kita di berbagai dimensi alam kematian.

Pengalaman kita sebagai "sang aku" atau mahluk adalah sebagai akibat pengaruh ahamkara [ke-aku-an], tri guna [tiga sifat alam] dan manas [pikiran]. "Sang aku" tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk membedakan antara Purusha dan Prakriti. Atau tidak "sadar" [avidya], sehingga diri kita salah paham akan identitas diri yang sejati, mengidentikkan diri sebagai mahluk, sebagai badan dan pikiran, sebagai "aku", yang sebenarnya hanyalah bagian dari dinamika Prakriti [fenomena alam materi].

Keseluruhan lapisan badan yang membungkus kesadaran murni terdiri dari dua type badan, yaitu badan fisik dan badan pikiran.

Ketika seluruh lapisan badan ini semuanya bisa kita "lampaui", di-titik itulah kita "sadar" dengan realitas absolut. Sering di-istilahkan dengan istilah "MANUNGGAL", sebab di titik itulah kita "sadar" bahwa sebenarnya semuanya satu adanya, trillyunan trillyunan trillyunan [tak terhingga] bentuk itu sejatinya adalah satu : Brahman. Inilah yang disebut sebagai Moksha [pembebasan sempurna] atau Atma Jnana, bebas dari avidya [kebodohan / ketidaktahuan].

Ini semua termuat di dalam dua puluh empat tattva [asas dasar] dari Samkhya Darsana, 108 Upanishad, Vedanta, Yoga Sutra, dll.



LIMA JENIS BAHAN PEMBENTUK BADAN MANUSIA SEBAGAI MAHLUK

Ada kima jenis BAHAN yang membentuk badan kita sebagai manusia, yang dikenal dengan nama Panca Maya Kosha. Yaitu :

1. Annamaya Kosha - tersusun dari sari-sari makanan.
2. Pranamaya Kosha - badan energi. Tersusun dari energi prana, yaitu samudera besar energi pembentuk kehidupan yang ada di semua penjuru alam semesta.
3. Manomaya Kosha - tersusun dari pikiran biasa.
4. Vijnanamaya Kosha - tersusun dari pikiran yang sadar.
5. Anandamaya Kosha - tersusun dari pikiran yang lebur dalam paramashanti [kedamaian sempurna]. Disebut juga lapisan badan transenden.



Pembagian ini semata dilihat dari sudut pandang bahan pembentuk, sedangkan badan manusia sendiri terdiri dari tujuh lapisan badan.

TUJUH LAPIS BADAN MANUSIA SEBAGAI MAHLUK ATAU "AKU"

Kosha dalam bahasa sansekerta berarti "lapisan". Sarira atau sharira, dalam bahasa sansekerta berarti : "sesuatu yang gampang terurai, sesuatu yang mudah lenyap atau sesuatu yang sifatnya sementara / tidak abadi". Manusia sebagai mahluk terdiri dari tujuh lapis badan [kosha atau sarira] yang membungkus kesadaran murni. Tujuh lapis badan ini adalah semua aspek lapisan-lapisan badan yang terkait dengan pengalaman subyektif kita sebagai "sang aku" atau sebagai mahluk. Diurutkan dari yang paling kasar sampai dengan yang paling halus, badan-badan ini sebagai berikut :

1. Sthula Sarira [Annamaya Kosha lapisan kasar]
>>> Ini adalah lapisan badan kita secara fisik sebagaimana yang kita lihat secara kasat mata saat ini. Tersusun dari sari-sari makanan dan terdiri dari lima elemen dasar materi [panca maha bhuta]. Lapisan badan ini adalah yang paling kasar. Badan ini penting karena kita butuhkan sebagai wahana bagi evolusi bathin kita di alam material [lahir sebagai manusia]. Tapi badan ini juga sifatnya sangat sementara dan sangat palsu [sangat tidak identik dengan realitas diri kita yang sejati]. Karena itu banyak guru yang memberi nasehat : sadari kalau diri kita yang sejati bukanlah badan ini.

WUJUD : Tubuh kita yang telanjang, sebagaimana saat kita pertama kali dilahirkan ke dunia ini.

PRALINA : ketika kita mati badan fisik ini otomatis terurai.

DIHALUSKAN DENGAN : Yoga Asana atau Hatha Yoga.

2. Linga Sarira [Annamaya Kosha lapisan halus]
>>> Ini adalah lapisan badan kita secara fisik yang lebih halus, yang merupakan kembaran identik dari badan fisik kita yang kasat mata. Badan halus ini tidak dapat dilihat dengan indriya biasa, sebab ada di dimensi alam [loka] yang lebih halus. Lapisan badan ini dapat terpisah dari sthula sarira [badan fisik] kita -pada saat kita mati-, akan tetapi tidak dapat dipisahkan sangat jauh. Saat kematian datang, lapisan badan ini selalu berada di dekat mayat atau di tempat yang tidak jauh dari mayat.

WUJUD : Wujudnya sangat identik dengan badan fisik kita sendiri. Kalau ada diantara kita ada yang punya bakat khusus atau kemampuan untuk melihat ke dimensi alam [loka] yang lebih halus, kita bisa melihat Linga Sarira ini sebagai "hantu" dari orang yang sudah meninggal. Sebenarnya yang dilihat adalah linga sarira dari orang yang sudah meninggal. Umumnya linga sarira atau "hantu tanda kutip" ini diselimuti warna agak keungu-unguan.

PRALINA : Secara umum linga sarira akan perlahan-lahan terurai secara bersamaan dengan terurainya sthula sarira [badan fisik] kita. Inilah satu-satunya alasan mengapa Hindu mengajarkan kita melakukan kremasi atau ngaben [pembakaran mayat] saat ada yang meninggal. Dengan pembakaran sthula sarira [badan fisik], akan menyebabkan sthula sarira [badan fisik] secepatnya terurai kembali menjadi lima elemen dasar materi [panca maha bhuta] yang membentuknya. Terurainya sthula sarira [badan fisik] berarti terurai pula linga sarira, sehingga yang meninggal itu terbantu untuk bisa segera melanjutkan perjalanan memasuki dimensi alam [loka] berikutnya dan tidak perlu lama-lama bergentayangan menjadi "hantu tanda kutip".

Penjelasan di atas adalah untuk yang secara umum, ada dua kasus lainnya tentang linga sarira. Pertama bagi orang yang sudah maju secara spiritual [bathinnya bersih, menyambut kematian dengan damai dan keikhlasan sempurna], begitu kematian menjemput dia langsung pergi ke alam-alam luhur dan linga sarira-nya langsung terurai tanpa perlu menunggu sthula sarira [badan fisik]-nya terurai. Kedua sebaliknya, orang yang lumpur kekotoran bathinnya pekat atau orang yang keterikatan duniawi-nya begitu kuat [sehingga dia tidak rela meninggalkan dunia ini], dia bisa lama bergentayangan dengan linga sarira-nya walaupun sthula sarira [badan fisik]-nya sudah terurai.

DIHALUSKAN DENGAN : Yoga Asana atau Hatha Yoga.

3. Pranamaya Kosha
>>> Ini adalah lapisan badan energi [energi prana]. Energi yang memberikan gerak kehidupan kepada badan fisik [materi] kita. Alam semesta ini diselimuti oleh samudera besar energi pemberi kehidupan fisik yang disebut energi prana. Setiap organisme, mulai yang terkecil [mikroba] s/d yang terbesar, saat punarbhawa [kelahiran kembali], menarik ke dalam dirinya sendiri energi prana dari samudera energi prana semesta ini. Kekuatan hidup [prana] yang terdapat di dalam diri kita inilah yang disebut sebagai badan energi [pranamaya kosha].

WUJUD : Kemilau warna ke-emasan.

PRALINA : Saat kematian datang, lapisan badan ini keluar dari dalam sthula sarira [badan fisik] dan semua lapisan badan lainnya, kembali kepada samudera energi prana.

DIHALUSKAN DENGAN : Pranayama Dhyana.

4. Sukshma Sarira [Manomaya Kosha lapisan kasar]
>>> Ini adalah lapisan badan kita yang tersusun dari pikiran yang kasar, yaitu keinginan, hawa nafsu dan emosi negatif. Kalau setelah mati kita lahir di alam-alam bawah, ini adalah lapisan badan yang akan kita gunakan di alam-alam bawah tersebut. Kalau ini yang terjadi, dari alam-alam bawah ini kita akan langsung mengalami kelahiran kembali ke dunia untuk melanjutkan evolusi jiwa kita, tanpa sempat pergi ke alam-alam luhur [alam para dewa].

WUJUD : Wujud dasarnya mirip dengan kabut atau awan tanpa bentuk, dengan warna yang selalu berubah-ubah sesuai dengan isi pikiran kita sendiri. Orang yang biasa mengikuti nafsu indria dan emosi negatifnya [marah, benci, iri hati, dll], sukshma sarira-nya cenderung kasar, tebal dan padat. Sebaiknya orang yang telah maju di dalam spiritualitas, sukshma sarira-nya wujudnya lembut, cerah dan berpendar.

Kalau ada diantara kita ada yang punya bakat khusus atau kemampuan untuk melihat dimensi yang lebih halus, kita bisa melihat Sukshma Sarira ini sebagai “aura”. Sebenarnya yang dilihat adalah sukshma sarira.

Dalam literatur spiritual timur di dunia barat, sukshma sarira sering disebut sebagai astral body [badan astral]. Hal ini tidak salah, terutama karena bagi seorang yogi yang wikan, sukshma sarira-nya bisa dia bentuk dengan wujud seperti apa yang dia inginkan, mungkin bentuk yang identik sama dengan sthula sarira [badan fisik]-nya. Atau bentuk yang lain. Dan dengan memakai sukshma sarira-nya itu, dia bisa bepergian ke segala tempat yang sangat jauh di berbagai dimensi alam [loka] dengan sadar.

[Sedikit catatan tambahan : bahwa di alam-alam bawah, banyak mahluk-mahluk gelap yang bisa menggunakan sukshma sarira [dirubah wujudnya] untuk menipu kita. Wujudnya Dewa, orang suci atau orang yang kita kenal dekat, tapi sebenarnya bukan. Tapi jangan khawatir, kalau bathin kita bersih, apalagi "sadar", mahluk-mahluk ini tidak akan tertarik mendekati kita].

Aspek lain dari sukshma sarira adalah memiliki sifat dapat menarik energi-energi suci alam semesta yang baik, yaitu melalui penyucian diri melalui media air [melukat], dll. Dengan cara demikian pikiran kita dimurnikan.

PRALINA : Ketika bathin kita makin bersih dan makin terkendali dari sad ripu [enam kegelapan bathin], wujud sukshma sarira akan semakin lembut, semakin cerah dan semakin berpendar. Ketika sad ripu lenyap dari bathin kita, ketika kita mati lapisan badan ini akan terurai dan kita akan lahir di alam-alam yang luhur [alam para dewa].

DIBERSIHKAN DENGAN : Pengendalian indriya dan pikiran, penyucian diri melalui media air [melukat] atau pembangkitan kundalini [secara benar].

5. Karana Sarira [Manomaya Kosha lapisan halus]
>>> Ini adalah lapisan badan kita yang tersusun dari pikiran yang halus, yaitu pikiran yang bersih, penuh welas asih dan kebaikan tanpa pamrih. Kalau setelah mati kita lahir di alam-alam yang luhur [alam para dewa], ini adalah lapisan badan yang kita gunakan di alam-alam luhur tersebut. Kita akan tinggal di alam dewa untuk jangka waktu yang sangat lama, akan tetapi di titik ini roda samsara [kelahiran kembali] belum berhenti. Kita masih akan mengalami kelahiran kembali ke dunia untuk melanjutkan evolusi jiwa kita, mungkin lahir menjadi orang suci, guru spiritual [yang asli], dll. Ini sebabnya Karana Sarira sering disebut dengan istilah "badan penyebab" [penyebab kita dilahirkan].

Aspek lain dari karana sarira adalah lapisan badan ini merupakan "gudang" tempat penyimpanan "rekaman" atau memory seluruh kehidupan-kehidupan kita dan karma-karma kita.

WUJUD : Bentuknya bundar oval membungkus badan kita. Orang yang tunduk pada sad ripu, yang biasa mengikuti nafsu indria dan emosi negatifnya [marah, benci, iri hati, dll], karana sarira-nya cenderung RUSAK, cenderung sulit dikenali, bentuknya samar-samar dan tidak sempurna. Perlu perhatian khusus agar bisa melihat keseluruhannya. Sebaiknya orang yang telah maju di dalam spiritualitas, karana sarira-nya tampak jelas dan pasti, dikelilingi warna cerah [cenderung putih -tapi tidak menyilaukan mata-] yang indah dan penuh daya.

PRALINA : Ketika bathin bersih terkendali dan makin dekat dengan welas asih dan kebaikan yang tidak terbatas, wujud karana sarira akan semakin sempurna. Dan di suatu titik ketika bathin kita "sadar", ketika kita mati lapisan badan ini akan terurai dan di titik ini roda samsara [kelahiran kembali] berhenti.

DIKEMBANGKAN DENGAN : Welas asih dan kebaikan.

6. Vijnanamaya Kosha
>>> Ini adalah lapisan badan kita yang tersusun dari pikiran yang "sadar". Menyadari hakekat riak-riak pikiran, tanpa ahamkara [ke-aku-an] an bebas dari dualitas [suci-kotor, baik-buruk, benar-salah, dll]. Kalau setelah kita mati lapisan badan yang lebih kasar terurai dan kita menggunakan badan ini, roda samsara [kelahiran kembali] berhenti dan kita akan melanjutkan evolusi jiwa kita di alam-alam yang sangat luhur [alam para kesadaran kosmik].

Dalam lapisan badan ini mengalir pengetahuan ke-Tuhanan [Brahma Vidya], kebijaksanaan sejati dan pengetahuan universal. Di lapisan badan ini tidak ada pembatasan. Kita dapat merasakan secara mutlak kesadaran mahluk lain juga tercakup di dalam kesadaran kita sendiri. Sebab realitas-nya mahluk lain juga bagian dari diri kita [Sarvam khalvidam Brahman].

WUJUD : Tidak termanifestasi.

DIKEMBANGKAN DENGAN : Dhyana [meditasi].

7. Anandamaya Kosha
>>> Ini adalah lapisan badan kita yang tersusun dari pikiran yang transenden, samadhi, lebur dalam paramashanti [kedamaian sempurna].

WUJUD : Tidak termanifestasi.

MOKSHA

Ketika seluruh lapisan badan ini semuanya pralina, di-titik itulah kita mengalami moksha [pembebasan sempurna], menjadi satu dengan realitas absolut. Sering di-istilahkan dengan istilah "MANUNGGAL", sebab di titik itulah kita "sadar" bahwa sebenarnya semuanya satu, trillyunan trillyunan trillyunan [tak terhingga] bentuk itu sejatinya adalah satu : Brahman.



Rumah Dharma – Hindu Indonesia
09 Juli 2010

sumber :: http://www.facebook.com/rumahdharma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar