Rabu, 27 Juni 2012

Tips Meditasi Raja Yoga


Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa saran teknis dalam melakukan meditasi bagi para yogi.

1. Pikiran yang melompat kesana-kemari.

Seorang yogi pemula [orang yang baru belajar meditasi] umumnya benci pikiran yang melompat kesana-kemari. Sehingga dalam meditasinya dia "melawan" pikiran yang melompat kesana-kemari tersebut. Karena dalam persepsinya, pikiran yang melompat kesana-kemari adalah salah. SEBENARNYA TIDAK SEPERTI ITU.

Pikiran kita memang punya kecenderungan melompat kesana-kemari. Karena sifat dasar pikiran sebelum kita menjadi "sadar" adalah dia melompat kesana-kemari. Hal ini sama dengan sifat dasar air yang basah, sifat dasar api yang panas atau sifat dasar dari samudera yang bergelombang. Mereka yang menolak / melawan pikiran yang melompat kesana-kemari, sama dengan menolak basahnya air, menolak panasnya api atau menolak gelombang samudera. TIDAK BISA. Semakin kita menolak atau marah dengan pikiran yang melompat kesana-kemari, meditasi kita akan menjadi semakin kacau.

Sehingga, jangan menolak atau melawan pikiran yang melompat kesana-kemari. Karena sifat dasar pikiran sebelum kita "sadar" memang seperti itu : melompat kesana-kemari. Apapun bentuk pikiran yang datang : sadari saja, terima [jangan dilawan / ditolak] dan biarkan dia lewat dengan sendirinya.



2. Guncangan dualitas dalam meditasi.

Seorang yogi pemula [orang yang baru belajar meditasi], kalau di suatu hari dia bertemu paramashanti [kedamaian sempurna], bertemu samadhi atau bertemu hal-hal indah lainnya dalam meditasinya, umumnya dia akan senang sekali. Nah, disinilah perlu dicatat bahwa : pengalaman bagus kita dalam meditasi di hari ini biasanya akan membuat kita sengsara di hari-hari berikutnya. Kenapa seperti itu ? Karena di hari-hari berikutnya kita akan cenderung "memaksa" agar meditasi-nya harus sama dengan hari ini. TIDAK BISA. TIDAK SEPERTI ITU. Hari ini adalah hari ini dan kemarin adalah kemarin.

Meditasi adalah sadar dan istirahat. Sadar dan istirahat pada apapun yang terjadi disaat itu. Kalau disaat itu ada kilasan pikiran akan wanita cantik, sadar dan istirahat-lah dalam pikiran akan wanita cantik tersebut. Jangan disebut kotor, tidak suci atau mengganggu. Karena itu berarti kita menolak / melawan. Kalau disaat itu kita bertemu paramashanti, sadar dan istirahat-lah dalam paramashanti tersebut. Jangan disebut bagus, baik atau suci. Karena kita akan terikat dan kemudian sengsara di hari-hari berikutnya.

Sadar dan istirahat adalah : apapun dualitas yang terjadi disaat itu [baik-buruk, suci-kotor, terang-gelap], sadar dan istirahat-lah disana. Kalau disaat itu kita bertemu dengan kekacauan pikiran, sadar dan istirahat-lah dalam kekacauan pikiran tersebut. Kalau saat itu tetangga sebelah nyetel musik keras-keras, sadar dan istirahat-lah dalam suasana musik keras-keras tersebut. Apapun bentuk-bentuk pikiran yang datang : sadari saja, terima [jangan dilawan / ditolak] dan biarkan dia lewat dengan sendirinya.

Hidup ini dan pikiran kita ini penuh warna-warni. Dan warna-warninya selalu berbeda setiap hari. Di waktu yang berbeda, pengalaman selalu berbeda. Kesadaran baru bisa terealisasi ketika kita mengukur hari ini dengan ukuran hari ini. Kalau berkah hari ini bertemu pikiran lagi kesal, sadar dan istirahat-lah pada pikiran lagi kesal tersebut. Kalau berkah hari ini bertemu paramashanti, sadar dan istirahat-lah pada paramashanti tersebut. Jangan kemudian berharap besok-besok kita akan kembali merealisasi paramashanti. Itu akan membuat kita sengsara dan meditasi kita menjadi kacau.

3. Meditasi bukanlah tentang menjadi bahagia untuk selama-lamanya.

Kalau ingin menekuni jalan-jalan meditatif secara serius, berhati-hatilah. Terutama kalau kita menekuni meditasi dengan tujuan untuk menjadi "bahagia selama-lamanya", karena itu berarti kita sudah datang ke tempat yang salah. Meditasi bukanlah tentang bahagia untuk selama-lamanya, tapi tentang selalu "sadar" dalam setiap kejadian.

Meditasi tidak membuat hidup kita bebas dari kesusahan, masalah, kesulitan, dll.
Kebahagiaan dan kesedihan, dia datang pada tempatnya masing-masing, karena ada hukum karma yang bekerja. Ketika kita meledak dalam kemarahan, itu berarti kesadaran kita sudah diambil alih oleh kemarahan. Ketika kita larut dalam kesedihan, berarti kesadaran kita sudah diambil alih oleh kesedihan. Bedanya kalau kita belajar meditasi, ketika ada kesusahan, masalah atau kesulitan, kita tidak "menendang", kita tidak "berkelahi" dengan kehidupan. Rasa sakit dan pedih dalam kehidupan hentakannya ke dalam bathin kita akan lebih sedikit, kalau kita "sadar". Sadar akan aktifitas bathin kita sendiri, sehingga kita tidak perlu "berkelahi" dengan kehidupan. Karena apapun yang terjadi pada saat itu : sadar dan istirahat-lah disana. Dan sumber "penyembuhan bathin" dari dalam yang paling mengagumkan adalah sadar dan istirahat-lah, pada apapun yang terjadi saat itu.

Meditasi adalah PERJALANAN TANPA TUJUAN. Karena kebahagiaan tidak menambahkan apa-apa dan kesedihan tidak mengurangi apa-apa. Tat Tvam Asi, kamu adalah Tat [realitas absolut]. Itu sebabnya para tetua kita di nusantara mengajarkan rwa-bhinneda [terbebas dari dualitas]. Hanya dengan mendalami rwa bhinneda, bathin bisa lebur sempurna dalam samadhi.


Rumah Dharma – Hindu Indonesia
17 Juli 2010

sumber ::  http://www.facebook.com/rumahdharma

2 komentar:

  1. wah setuju sekali nih....hidup sadar setiap saat..senang membacanya, menambah wawasan....terima kasih...semoga semua makhluk berbahagia..

    BalasHapus
  2. terimakasih pencerahannya, semoga semua mahluk berbahagia.

    BalasHapus